Belajar Sejarah, Kelas IV SDIT Al-Imam Kunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon

Belajar Sejarah, Kelas IV SDIT Al-Imam Kunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon
26
Sabtu, 26 April 2025

Late post (10 Mei 2024) Dalam pidato terakhirnya sebagai presiden di hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1966, Ir. Soekarno mengeluarkan semboyanya yaitu "JASMERAH" yang merupakan kepanjangan dari "jangan sekali- kali melupakan sejarah”

Untuk itu, Kegiatan Outing Class kali ini yang diikuti oleh santri kelas IV mengunjungi salah satu keraton di Kota Cirebon yaitu Keraton Kasepuhan (Senin 7 Mei 2024). Sebagai wujud bahwa kami civitas keluarga besar SDIT Al-Imam sebagai generus penerus bangsa yang tidak sedikitpun melupakan jasa-jasa para pendahulu dengan belajar sejarah kebudayaan yang ada di Indonesia.

Tepat pukul 07.30. setelah dilepas oleh Kepala Sekolah Drs. H. Udi Mashudi kami berangkat Menggunakan Bus Telolet yang dilengkapi berbagai fasilitas dan fitur kekinian. Tidak terasa, akhinya kami pun tiba di keraton kasepuhan kurang lebih pukul sembilan yang langsung disambut oleh Kepala Bagian Informasi dan Wisata Keraton Kasepuhan Bapak Iman Sugiman lalu kami diberikan arahan oleh 3 pemandu sebelum kami berkeliling ke area Keraton. 

Di kompleks Siti Inggil Pak Nanung salah satu pemandu menjelaskan bahwa diarea pintu masuk tepatnya yang kita duduk disini terdapat 5 bangunan tanpa dinding yang memiliki nama dan fungsi tersendiri. 1. Mande Malang Semirang, bangunan utama yang terletak di tengah dengan jumlah tiang utama 6 buah yang melambangkan rukun iman dan jika dijumlahkan keseluruhan tiangnya berjumlah 20 buah yang melambangkan 20 sifat-sifat Allah SWT. Bangunan ini merupakan tempat sultan melihat latihan keprajuritan atau melihat pelaksanaan hukuman. 2. Mande Pendawa Lima, bangunan di sebelah kiri bangunan utama dengan jumlah tiang penyangga 5 buah yang melambangkan rukun islam. Bangunan ini tempat para pengawal pribadi sultan. 3. Mande Semar Tinandu, bangunan di sebelah kanan bangunan utama dengan 2 buah tiang yang melambangkan sua kalimat Syahadat. Bangunan ini adalah tempat penasehat Sultan/Penghulu. 4. Mande Pengiring, bangunan di belakang bangunan utama yang merupakan tempat para pengiring Sultan dan 5. Mande Karasemen, bangunan disebelah mande pangiring, tempat ini merupakan tempat pengiring tetabuhan/gamelan. Di bangunan inilah sampai sekarang masih digunakan untuk membunyikan gamelan Sekaten (Gong Sekati), gamelan ini hanya dibunyikan 2 kali dalam setahun yaitu pada saat Idul Fitri dan Idul Adha. 

Didalam area keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan bersejarah, Pak Nanung pun menjelaskan bahwa yang menjadi salah satu mahakarya (masterpiece) dari koleksi dimuseum adalah Kereta Singa Barong merupakan kereta kencana yang memiliki filosofi berbelalai gajah yang melambangkan persahabatan kasultanan Cirebon dengan India, belalai gajah pada kereta tersebut memegang sebuah senjata trisula yang berarti tiga ketajaman, yaitu cipta, rasa dan karsa. sedangkan berkepala naga melambangkan persahabatan dengan Tiongkok, serta bersayap dan berbadan buroq melambangkan persahabatan dengan Mesir.

Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo di dalamnya. Keraton Kasepuhan adalah kerajaan islam tempat para pendiri cirebon bertahta, disinilah pusat pemerintahan Kasultanan Cirebon berdiri.

Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Di dalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.Keraton Kasepuhan berisi dua kompleks bangunan bersejarah yaitu Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada tahun oleh Pangeran Cakrabuana dan kompleks keraton Pakungwati (sekarang disebut keraton Kasepuhan) yang didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada tahun 1529 M. Pangeran Cakrabuana bersemayam di Dalem Agung Pakungwati, Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama ‘Keraton Pakungwati. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua. Nama dia diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.

Kegiatan Outing Class ini diakhiri dengan penyerahan plakat dari SDIT Al-Imam Kepada perwakilan Keraton Kasepuhan Cirebon sebagai Tanda Terima kasih atas penyambutan yang istimewa dan bermakna. Bunda Erni Sulistiani, S.Pd. selaku penanggung jawab Outing Class kali ini mengucapkan Terima Kasih dan berharap dengan kunjungan tersebut seluruh santri mampu mengerti serta memahami mengenai sejarah, peninggalan serta kebudayaan yang ada di Cirebon khususnya di Keraton Kasepuhan, yang merupakan bagian dari upaya pelestarian kebudayaan di Kota Cirebon. (Humas).

Developed By INOVINDO WEB